Langsung ke konten utama

Sex Sells: Diskursus Seksualitas dalam Akun Twitter @Durex_Love



“The truth is that none of us can be liberated if other groups are not”
~Gloria Steinem


Abstrak

Seks, selalu menarik diperbincangkan. Seks, adalah komoditas. Bertahun-tahun. Pada hari Rabu, 1 Mei 2013, tanah air twitter diramaikan dengan tweet dari admin @Durex_Love. Dalam tweetnya, admin @Durex_Love menulis bahwa pesta seks merupakan ajang yang tepat untuk mencari jodoh. Sontak, tweet ini menimbulkan kehebohan di kalangan stalker. Tak sampai 5 menit, banyak orang sudah me-retweet dan tweet serupa berhamburan di beranda-beranda para pengguna twitter.  Respon orang bermacam-macam. Mulai dari yang netral (jarang), pro (sedikit), hingga yang kontra (paling banyak). Mereka yang pro merasa bahwa seks tidak lagi tabu dibicarakan. Apalagi dalam konteks marketing produk kondom. Sementara mereka yang kontra merasa bahwa apa yang dilakukan admin Durex melanggar nilai-nilai kesusilaan. Dalam konteks ini kita bisa melihat bahwa seks merupakan komoditas. Seks menjadi diskursus yang memunculkan diskursus yang lain.
Kata Kunci: Seks, Diskursus, Durex


Introduksi: Studi Kasus @Durex_Love
Rabu, 1 Mei 2013, tanah air twitter diramaikan dengan tweet dari admin @Durex_Love. Admin @Durex_Love menyebut bahwa “Sex party itu sebenarnya bisa jadi ajang buat nyari jodoh”. Sontak, tweet ini menimbulkan kehebohan di kalangan stalker. Tak sampai 5 menit, banyak orang sudah me-retweet dan tweet serupa berhamburan di beranda-beranda para pengguna twitter.  Respon orang bermacam-macam. Mulai dari yang netral (jarang), pro (sedikit), hingga yang kontra (paling banyak).
@IchsaniBF: Buka twitter lihat TL rame soal Sex Partynya @Durex_Love. Hadeuh, moral udah bejat. Kasian amat manusia yg punya otak mesum. Bangsa apa ini?

@romi_mr: emang rundown sex party yg digagas @Durex_Love kayak apa sich?
@pangerankoeboe: @Durex_Love Sex party itu sbnarnya bs jd ajang buat nyari jodoh loh lovers. “http://shar.es./lGzV2 <- skalian buka sj lokalisasinya.
@abecludy: Hati2 min kalo ngTWEET, indonesia loh ini... Harus bijak! @Durex_Love
@dadanmarthian: Nyari jodoh? Elu jualan kondom biar laku |RT @Durex_Love: sex party itu sebenarnya bisa jadi ajang buat nyari jodoh loh lovers J.
Melihat kondisi yang berkembang admin @Durex_Love rupanya menghapus tweet tadi dan meminta maaf kepada publik:
@Durex_Love: Mohon maaf kepada seluruh followers, ada kesalahan di dalam tweet kami #durexsexlife.
@Durex_Love: Kami atas nama admin @Durex_Love memohon maaf atas kelalaian sehingga terjadinya kesalahan teknis atas tweet kami yang kurang berkenan.
Dalam tweet-tweet berikutnya si admin ini berusaha memperbaiki kesalahannya dengan meng-update tweetnya nyaris tiap 5 menit. Menurut pengamatan penulis, upaya admin@Durex_Love ini tidak membuat keadaan menjadi lebih baik karena pembicaraan beralih pada kultweet dari @fahiraidris yang biasa dipanggil uni di kalangan para pengguna twitter. Kultweet @fahiraidris ini merupakan respon yang cukup keras atas tweet admin @Durex_Love. Berikut saya sertakan beberapa dari kultweet @fahiraidris:

@fahiraidris: Maksudnya????????? RT @Durex_Love sex party itu sebenarnya bisa jadi ajang buat nyari jodoh loh lovers J #durexsexlife.
@fahiraidris: Kamu Jualan Kondom/Mau Merusak Moral Bangsa?
@fahiraidris: Sy cuma mau kasih tau, bhw Nyari Jodoh itu Gak Perlu Pakai Kondom!!
Kultweet ini memancing respon yang sama kontroversialnya dengan tweet @Durex_Love. Ada yang mendukung @fahiraidris meski tak sedikit pula yang berbalik membully @fahiraidris karena responnya dianggap berlebihan dan mengakibatkan admin @Durex_Love dipecat. Berikut saya kutipkan beberapa respon yang bermunculan:
@jokoanwar: Bangga saya dengan uni @fahiraidris ini. Multitasking sekali sebagai perempuan primordial, homophobic, dan sahabat FPI.
@apriansyah: Bagaimana bu@fahiraideris hasil tabayun terhadap iklan @Durex_Love yang ngajakin kaula muda pesta seks? Umat Islam ada di belakang Ibu.
@Ogyg: @fahiraidris @anjiii_ klo tnyta admin-nya @Durex_Love non muslim, brarti itu #takdir atau apa ya?
Sore sesudah tweet tersebut menimbulkan kontroversi, admin @Durex_Love tersebut dipecat karena dianggap melakukan kesalahan. Dan tweet-tweet berikutnya dari @Durex_Love, tampaknya sudah digantikan oleh admin baru. Yang kemudian berusaha melakukan upaya menarik empati publik twitter dengan permohonan maaf. 

@Durex_Love: @Durex_Love memiliki tanggung jawab penuh secara moral utk memberikan  pendidikan seks dan relationship yg sehat dan benar. Tidak menyimpang.
@Durex_Love: FYI, kami sudah menindaklanjuti atas peristiwa kemarin. Langkah dan kebijakan yg kami ambil adl yg terbaik tanpa menyakiti pihak mana pun.
@Durex_Love: Terima kasih kepada semua pihak yg telah memberikan perhatian dan masukan agar kami bisa menjadi lebih baik lagi ke depan.
Penulis mengamati tweet-tweet yang selanjutnya ditulis oleh admin @Durex_Love (yang baru) lebih memilih topik yang ‘aman’ namun tetap berada dalam tema relationship yaitu cinta. Admin memberi tagar #durexlovelife bukan lagi #durexsexlove sebagaimana sebelumnya.
@Durex_Love: Mencintai seseorang sungguh sangat luar biasa rasanya. Yang tersulit adl membuat orang yg kita cintai itu tahu perasaan kita.#durexlovelife.
@Durex_Love: Seringkali, ketidaktahuan dan ketidakyakinan dia atas cinta yg kita milikilah yang membuat masalah dan memberi jarak.#durexlovelife.
Pembahasan: Seksualitas di Media Sosial
            Seksualitas nyaris setua sejarah manusia. Adam yang digambarkan jatuh ke bumi akibat godaan Hawa merupakan perbincangan seksualitas manusia yang pertama.  Dari peristiwa Adam dan Hawa inilah, seksualitas dipersoalkan sebagai sesuatu yang terlarang. Keber-ada-annya mengakibatkan Adam menerima hukuman harus tinggal di bumi. Keberadaannya menimbulkan apa yang kemudian dikenal dengan istilah ‘dosa’. Hingga terstigma dalam pikiran sebagian manusia bahwa seks itu salah, seks itu dosa, seks itu terlarang. Ia menjadi terlarang karena kenikmatan yang ditimbulkannya. Inilah yang kemudian menurut penulis mendasari pemikiran sebagian besar perempuan bahwa merasakan kenikmatan itu berdosa, menimbulkan perasaan bersalah. 
Sejalan dengan pemikiran bahwa sesuatu yang dilarang itu justru menimbulkan keingintahuan, begitu pulalah seksualitas. Meski dianggap tabu, terlarang, berdosa, perbincangan dan tema-tema berbau seksualitas bertebaran di mana-mana termasuk di media sosial. Media sosial sebagai bagian dari new media, tak dapat dimungkiri menjadi media alternatif yang tahun-tahun terakhir ini sangat populer.
Dari sekian banyak jejaring/media sosial, facebook dan twitter merupakan akun yang paling digemari oleh masyarakat Indonesia. Jika facebook sempat menjadi akun sosial media paling favorit, kini jumlah penggunanya menurun karena beralih ke twitter. Dari artikel yang dimuat di merdeka.com, tercatat jumlah pengguna facebook pada bulan Januari mencapai 51.515.480 juta orang, kini jumlahnya menyusut menjadi 48.134.040 orang.  Sementara jumlah pengguna twitter mencapai 55 juta orang, atau peringkat lima terbanyak di dunia.
Dari data ini, secara serampangan penulis menyimpulkan bahwa tingkat penggunaan/konsumsi media sosial jauh lebih tinggi ketimbang media konvensional (media cetak, radio, dan televisi). Lebih menyempit lagi, pengguna media sosial umumnya adalah kalangan muda di mana perbincangan mengenai seksualitas menjadi lebih marak lagi. Bahkan orang tua yang melarang/mengkhawatirkan anak-anak mereka yang mengakses internet kerapkali didasari pemikiran bahwa internet itu negatif karena dampak penyebarluasan pornografi yang ditimbulkannya.
Belajar dari kasus @Durex_Love, kita bisa melihat pelik dan menariknya seksualitas untuk diperbincangkan. Sebagian mengganggap tabu dan bahkan haram, sebagian lagi tidak berpendapat meski setuju, dan sebagian lagi menganggap seksualitas adalah hak asasi yang tidak perlu diatur-atur oleh negara.  Meski media sosial dianggap oleh sebagian kalangan merupakan media yang bebas norma, penulis melihat bahwa hal itu tidak sepenuhnya demikian.  Selalu ada pengguna twitter yang bersikap pro maupun kontra (atau abstain bersuara). Mereka yang merasa memiliki pandangan dan sikap yang berbeda kemudian mengambil inisiatif sebagai ‘penjaga moral’. Kembali pada kasus @Durex_Love, hampir sebagian besar orang yang kontra terhadap isi tweet @Durex_Love mengatasnamakan agama (dalam konteks ini Islam), termasuk @fahiraidris. Ini bisa dilihat dari data profil yang ia cantumkan di akun twitternya:
Fahira Idris @fahiraidris
Pengusaha, aktivis sosial, non partisan cinta#Islam #Keluarga #Damai #AntiMiras #SelamatkanAnakBangsa #PasarRakyat
Sex: A Pleasant Topic
Jika kita merujuk asal mula makna istilah seks, maka dapat dipahami jika wacana yang berkaitan dengan ‘seks’ selalu berhasil menarik perhatian. Secara etimologis, kata ‘seks’ berasal dari bahasa Latin “sexus” yang kemudian diturunkan menjadi bahasa Perancis Kuno “sexe”. Istilah ini merupakan teks bahasa Inggris pertengahan yang bisa dilacak pada periode 1150-1500 M. “Seks” secara leksikal bisa berkedudukan sebagai kata benda (noun), kata sifat (adjective), maupun kata kerja transitif (verb of transitive). Secara terminologis seks dimaknai sebagai nafsu syahwat. Yaitu suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting/naluri yang dimiliki oleh setiap manusia, baik dimiliki laki-laki maupun perempuan yang mempertemukan mereka guna meneruskan kelanjutan keturunan manusia. Artinya seks dalam konteks ini bisa dimaknai sebagai kebutuhan manusia yang paling primitif.
Dengan latar belakang ini, dapat dipahami jika seks selalu berhasil menarik perhatian. Sex Sells. Seks adalah komoditas. Memberi rasa manis pada diskursus yang hambar, seks nyaris tidak pernah gagal memancing minat kita. Termasuk mereka yang menginginkan seks sebagai entitas yang hanya layak berada di ruang-ruang privat.
Berpijak dari pemikiran Foucault (1978), sejarah seksualitas memperlihatkan adanya relasi antara seks dan kekuasaan. Lewat hipotesis represi, Foucault menjelaskan adanya represi terhadap wacana tentang seks. Namun represi-represi ini justru mendorong terjadinya pembiakan wacana atas seks itu sendiri. Upaya mengontrol minat atas topik-topik yang berkaitan dengan seksualitas alih-alih menghindarkan diskursus seksualitas dari ruang-ruang diskusi, justru melahirkan bentuk-bentuk wacana baru tentang seks.
Dalam studi kasus akun twitter @Durex_Love di atas, kritik Fahira Idris terhadap isi tweet akun Durex justru memunculkan wacana-wacana baru. Kritik berbalas kritik. Bahkan caci maki yang kemudian berinterkoneksi dengan diskursus-diskursus yang berbeda (interteks). Fahira yang merasa konten akun Durex melanggar norma kesusilaan malah mendapat cemoohan dari warganet yang merasa reaksi tersebut berlebihan.
Epilog: Pluralism, yet multiculturalism.
            Sikap dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang sering disebut-sebut sebagai mengarah kepada modernitas, ternyata belum dibarengi dengan penerimaan atas hal-hal yang dianggap tabu seperti halnya seksualitas. Pendapat, sikap, pilihan yang berbeda atas seks dan seksualitas kerapkali dianggap sebagai ‘ajaran sesat’ tanpa terlebih dahulu melihat konteks dan persoalan di dalamnya. Misalnya dalam kasus @Durex_Love ini, admin dianggap menyesatkan dan merusak moral pembaca twitter karena kicauan yang dibuatnya:
@eagle_iwan: @fahiraidris Meski twit dari @Durex_Love telah dihapus, tetap si penjual kondom itu harus bertanggungjawab thd penyesatan yg telah dilakukan.
Di masyarakat Indonesia, pemikiran dan idealisme masyarakat modern masih berbaur dengan adat istiadat, nilai-nilai norma dan budaya, dan tentu saja agama. Sudah barang tentu kebenaran dalam hal ini bersifat parsial karena tak pernah ada kebenaran yang berhasil menang mutlak. Apa yang dianggap normatif oleh sekelompok orang sangat subjektif karena tidak merepresentasi kebhinekaan ideologi masyarakat. Seperti disebut @fahiraidris dalam kultweetnya: “Saya berharap besar kpd Akun @Durex_Love dan akun2 produk lain, untuk mau sama2 punya tanggung jawab moral, jangan cuma asal”.
Dari sebagian yang berani bersuara umumnya adalah mereka yang punya pilihan kontra terhadap hal-hal yang ‘tidak umum’. Sebagian lagi bersikap toleran meski tetap tidak setuju, dan sisanya abstain: meski setuju tapi tak berani bersuara lantaran takut kena bully.***

DAFTAR PUSTAKA
www.merdeka.com. diakses pada Rabu, pukul 12.55.
www.kominfo.go.id. diakses pada Rabu, pukul 13.10.
Foucault, Michel. 1978. The History of Sexuality Vol. 1. New York: Pantheon Books.
Kimmel, Michael S. 2005. Gender of Desire: Essays on Male Sexuality. Albany: State University of New York Press.
Sokowati, Muria Endah, PM Laksono, dan Wening Udasmoro. 2016. Wacana Seks Jalan Tengah Ala Majalah Hai. Jurnal Channel Vol.4 No. 1 April 2016. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Media Sosial dan Perubahan Budaya Membaca Pada Remaja

Abstrak Berdasarkan Survei Data Global Web Index, Indonesia adalah negara yang memiliki pengguna sosial media yang paling aktif di Asia. Indonesia memiliki 79,7% pengguna aktif di media sosial mengalahkan Filipina 78%, Malaysia 72%, Cina 67%. Angka ini sejalan dengan  pertumbuhan statistik tentang perkembangan internet di Indonesia yang mencapai 15% atau 38,191,873 pengguna internet dari total populasi kita 251,160,124. Dari jumlah pengguna internet tersebut sejumlah 74% mengakses media sosial melalui mobile/smartphone dengan durasi penggunaan sekitar 2-3 jam per hari. Masih dari sumber data yang sama, Facebook masih merajai media sosial di Indonesia dengan jumlah pengguna mencapai 25% atau sekitar 62.000.000 orang. Setelah itu menyusul Twitter, Google Plus dan Linkedin. Data-data ini memperlihatkan kepada kita perubahan pola manusia mengonsumsi dan menggunakan media. Perubahan pola konsumsi dan penggunaan media ini pada akhirnya berkaitan dengan perubahan kebiasaan atau budaya ...

Teknologi, Media, dan Globalisasi

TEKNOLOGI, MEDIA, DAN GLOBALISASI Suprihatin Stikosa-AWS Perubahan citra teknologi komunikasi didorong untuk bisa menciptakan adopsi inovasi. Adapun adopsi teknologi inovasi itu meliputi pemanfaatan komparatif prakt i k hidup, kompatibilitas nilai dengan kebutuhan masyarakat, kesederhanaan pemakaian, dan ke tersedia an setiap saat . Surabaya, 2013 TEKNOLOGI, MEDIA , DAN GLOBALISASI Abstrak Revolusi komunikasi berkembang dengan dasar asumsi bahwa komunikasi merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia (Rogers, 1986; Naisbitt, 2001; Straubhaar, 2002). Ketika informasi menjadi salah satu unsur konstitutif dalam suatu masyarakat, maka masyarakat mulai “mau tidak mau” membuka diri pada media massa dan komunikasi global. Perputaran produksi, konsumsi , dan distribusi informasi , semakin cepat dialami dan dimiliki oleh sistem masyarakat baru yang global , yang didukung oleh kekuatan dan eks...

Paras Media Massa 2016 Dalam Kacamata Etika Jurnalisme*

Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana isi pemberitaan di media massa cetak sepanjang 2016. Penelitian berfokus pada koridor etika jurnalistik sebagai standar norma bagi media. Jika kini pers tidak lagi terbelenggu oleh tirani rezim pemerintahan yang otoritatif, apakah pers menjadi lebih baik? Apakah tanpa tekanan pers mampu menjaga fungsi dan hakikatnya sebagai pilar keempat demokrasi? Penelitian diawali dengan membentuk tim peneliti. Koordinator penelitian kemudian bersama tim menentukan periode penelitian  yakni 12 bulan sepanjang 2016. Tim kemudian memilih objek yang akan diteliti dan kemudian disepakati ada 5 media cetak yang dipilih berdasarkan pertimbangan representasi atau keterwakilan media massa khususnya di Jawa Timur. Terpilihlah Jawa Pos, Surya, Duta Masyarakat, Bhirawa, dan Sindo. Melalui skema random sampling maka ditentukanlah sampel penelitian dari kelima media tersebut yakni antara 5-7 edisi setiap bulan selama 12 bulan. Dari sampel terpilih t...