TEKNOLOGI, MEDIA, DAN GLOBALISASI
|
Suprihatin
Stikosa-AWS
|
|
Perubahan citra teknologi
komunikasi didorong untuk bisa menciptakan adopsi inovasi. Adapun adopsi
teknologi inovasi itu meliputi pemanfaatan komparatif praktik hidup, kompatibilitas nilai dengan kebutuhan
masyarakat, kesederhanaan pemakaian, dan ketersediaan setiap saat.
Surabaya,
2013
|
|
|
TEKNOLOGI, MEDIA, DAN GLOBALISASI
Abstrak
Revolusi komunikasi berkembang dengan dasar asumsi bahwa komunikasi merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia (Rogers, 1986; Naisbitt, 2001;
Straubhaar, 2002). Ketika informasi menjadi salah satu unsur
konstitutif dalam suatu masyarakat, maka masyarakat mulai “mau tidak mau”
membuka diri pada media massa dan komunikasi global. Perputaran produksi,
konsumsi, dan distribusi informasi, semakin cepat dialami dan dimiliki oleh sistem masyarakat baru yang global, yang didukung oleh kekuatan dan ekspansi
ekonomi, jaringan sistem informasi global, serta disokong oleh
teknologi.
Dengan mengukur perkembangan komunikasi dari
pengaruh pra-lisan, tradisi lisan, tulisan, cetakan, media massa, dan akhirnya telematika dapat disimak betapa lambannya gerakan proses kebudayaan komunikasi tersebut pada proses awal, namun kemudian terakselerasi secara cepat dan massif
pada era belakangan ini (Asa Briggs, 2002).
Dalam perkembangan arus produksi, konsumsi, dan distribusi informasi, teknologi menjadi sangat penting. Urgensi peranan teknologi dalam proses massifikasi informasi terletak
ketika hasil teknologi membantu mengubah pola komunikasi yang dibatasi oleh
ruang dan waktu menjadi pola komunikasi informasi tanpa batas. Dengan demikian,
pada dasarnya teknologi bersifat baik. Pada akhirnya media baru dalam konteks
teknologi dan globalisasi mengalami perubahan yang sangat kompleks. Tulisan ini
akan membahas dinamika
hubungan antara teknologi, kebudayaan, keberadaan media massa, dan globalisasi, sebagai titik pijak dinamika sebagai dampak dari revolusi komunikasi. Penulis membagi
makalah ini dalam tiga hal pembahasan besar. Pembahasan pertama adalah soal
pemahaman dan persepsi teknologi secara umum. Kedua, penulis hendak
mendiskusikan hubungan antara berbagai dimensi ekonomi dengan dinamika
perkembangan teknologi komunikasi. Bagian ketiga, penulis mencoba mendiskusikan
lebih lanjut industrialisasi dan teknologi komunikasi dengan struktur
globalisasi sekarang berikut relevansinya di Indonesia.
Kata kunci: teknologi, media, globalisasi
LATAR BELAKANG MASALAH
Anthony Giddens pernah menyatakan bahwa
modernitas yang identik
dengan kemajuan teknologi
sudah menjadi kondisi yang tak terelakkan (Giddens 2001). Manusia sebagai
subjek bisa dan mempunyai kemampuan membuat teknologi, tetapi pada satu titik tertentu manusia tidak lagi mampu mengontrol kemajuan teknologi (uncontrolled). Teknologi sebagai entitas dinamis tidak
bisa dikendalikan, termasuk ketika teknologi masuk dan mendorong perkembangan sistem informasi masyarakat.
Persepsi pertama yang mungkin harus kita
perhatikan adalah persepsi pemahaman makna teknologi itu sendiri. Artinya,
teknologi kiranya harus dilihat sebagai suatu keseluruhan kegiatan manusia. Ini
berarti ketika kita melihat teknologi hanya sekadar barang buatan, maka pemahaman tersebut adalah pemahaman
yang dangkal. Teknologi setidaknya mempunyai aspek yang saling terhubung. Yaitu aspek teknis
(mencakup pengetahuan, kemampuan teknis, pola kerja berikut
seluruh aktivitasnya), aspek organisasional (mencakup aktivitas ekonomi dan
industri, aktivitas profesional, pemakai dan konsumen; di mana teknologi
dilihat sebagai satu sistem dinamis), dan aspek kultural (mencakup tujuan
teknologi, nilai - kode etik dan kreativitas) [Pacey, 1983].
Ciri pokok teknologi adalah bahwa
teknologi selalu memuat dua faktor penting, yaitu efisiensi dan tujuan yang
jelas. Efisiensi menyangkut konsepsi yang menunjukkan perbandingan terbaik
antara suatu kerja dengan hasil yang didapatkan. Teknologi merupakan kegiatan manusia yang bertujuan yang jelas. Artinya kegiatan manusia dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan, memecahkan masalah, atau mengatasi kesulitan tertentu. Meski demikian, harus diakui bahwa teknologi merupakan suatu
perpanjangan tangan manusia (McLuhan, 1996; Naisbitt, 2001). Teknologi pada
dasarnya memberikan tawaran nilai, yaitu bahwa memudahkan pekerjaan manusia. Dapat dikatakan bahwa teknologi pada suatu titik
merupakan usaha manusia untuk membentuk dunia menurut persepsi dan
pemahamannya. Dengan demikian, teknologi merupakan bagian dari
kebudayaan manusia. Kebudayaan teknik ini lebih merupakan sistem kebudayaan
yang membuat “alam kedua” setelah lingkungan di mana manusia terlempar.
Persepsi kedua yang mungkin harus dilihat
lebih jauh adalah posisi teknologi dalam kebudayaan manusia. Adagium yang
disepakati adalah bahwa teknologi merupakan keseluruhan
kegiatan manusia yang bertujuan mempermudah hidup manusia.
Ketika definisi teknologi memakai mengacu pada referensi tersebut maka sebetulnya ada titik tertentu yang bisa menyatakan bahwa teknologi merupakan sebuah kebudayaan. Ketika teknologi dilihat
sebagai suatu keseluruhan baik dari aspek nilai, organisasi, dan objek material, maka dapat dikatakan teknologi adalah
kebudayaan -atau bisa dikatakan juga- kebudayaan adalah
teknologi. Namun di lain pihak, kita juga dapat mengatakan bahwa teknologi
merupakan salah satu bagian dari kebudayaan.
Persepsi ketiga adalah beberapa keyakinan
yang menyertai teknologi sebagai sebuah sistem dan praksis. Teknologi sebagai
suatu sistem nilai dan praksis kerja yang mengikutinya berada dalam konstelasi
proses progres atau kemajuan manusia. Dinamisasi efisiensi dan tujuan tertentu
mau tidak mau mengandaikan sistem progres dalam teknologi (Pacey, 13-34).
Efisiensi industri dan teknologi mengakibatkan mekanisasi, otomatisasi,
massifikasi produksi dan konsumsi, ekspansi distribusi dan stabilisasi sumber
alam yang dipakai untuk perkembangan teknologi itu sendiri.
Tingkat kemajuan atau perkembangan
teknologi diharapkan semakin mempermudah kerja manusia. Artinya, keyakinan
progres teknologi semakin menempatkan manusia sebagai penikmat hasil teknologi
tanpa perlu mempertanyakan kembali bagaimana proses hasil teknologi itu. Meski teknologi selalu berupaya untuk memberikan yang terbaik, efisien,
lebih murah, lebih mudah kepada manusia, tetap saja teknologi belum mampu
menjawab misteri dalam seluruh proses penemuannya. Tingkat sofistikasi
teknologi dan kebutuhan manusia juga membutuhkan tingkat keahlian (Pacey,
35-57). Tuntutan teknologi yang begitu canggih adalah kemampuan manusia yang
tidak hanya memakainya namun sekaligus membuat atau mereproduksi
teknologi itu sendiri.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah
teknologi berperan sebagai agen perubahan di bidang komunikasi?
PEMBAHASAN
Teknologi dalam masyarakat industri
memampukan media massa untuk mengadakan pemusatan dan berubah menjadi media
yang mampu menampung dan memampatkan sejumlah besar informasi dan kemudian
didistribusikan secara massal atau individual secara serempak dan cepat
(Rogers, 1986:2-6). Teknologi komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan proses
industrialisasi. Seluruh alasan ekonomi dalam industri mendapatkan alat untuk
semakin memantapkan posisi ekonomi dalam teknologi (Albaran, 1996).
Di satu pihak, teknologi membuat landasan
ekonomi baru yang lebih matang dan massif. Watak industri yang semakin
dikukuhkan oleh teknologi adalah watak produksi, distribusi dan konsumsi untuk
mencapai keuntungan. Industri modern dikelola dengan manajemen modern,
organisasi yang lebih kompleks, modal yang lebih besar. Termasuk di dalamnya
industrialisasi media (Dahlan, 2000). Tapi di lain pihak, industrialisasi,
dalam hal ini industrialisasi media juga mempengaruhi perkembangan teknologi
komunikasi baru.
Tentunya, perkembangan ekonomi baru ini
dipicu oleh revolusi industri yang mengubah pola ekonomi manusia. Tapi tidak
juga cukup kalau kita mau memahami ekonomi dalam masyarakat industri baru.
Setidaknya peran teknologi dan komunikasi mempunyai andil yang cukup besar
dalam membentuk dan merekonstruksi bangunan ekonomi baru yang ada sekarang.
Kata kuncinya adalah PERUBAHAN.
Ekonomi baru berpusat pada soal kemampuan
kita untuk menata, mengelola persaingan masa depan, kemampuan untuk menciptakan
produk dan jasa baru, kemampuan untuk mengubah bisnis ke dalam bentuk yang
lebih baru sekaligus bentuk yang cepat harus diganti. Dalam bahasa struktur
ekonomi yang lazim digunakan adalah bahwa teknologi dimanfaatkan untuk semakin
memaksimalisasikan barang, jasa, komoditas dan modal.
Relasi antara teknologi dan struktur
dinamika ekonomi baru ini menyebabkan adanya beberapa perubahan yang cukup
signifikan bagi masyarakat. Ketentuan baru dari industri teknologi baru adalah
teknologi yang memerlukan lebih dari sekedar kecerdasan, kegesitan, dan
kecepatan. Perlu suatu definisi ulang tentang nilai dalam ekonomi baru, di mana
biaya teknologi yang digunakan bisa diminimalisasi.
Ada beberapa pertimbangan yang perlu dipahami dalam proses
refleksi yang lebih mendalam atas kehidupan sosial-ekonomi yang berkembang
dalam masyarakat kontemporer, terutama pola ekonomi baru yang dipengaruhi oleh
teknologi komunikasi.
Pertama, ekonomi baru berlandaskan dasar, praktik pengetahuan serta profesionalisme penguasaan teknoologi informasi
memberikan penegasan bahwa ekonomi didasarkan pada pengetahuan. Pengetahuan di
sini juga dimaksudkan dengan kemampuan, ketrampilan pekerja. Isi pengetahuan
dalam produksi dan jasa sedang bertumbuh secara signifikan sebagai ide
konsumen. Informasi dan teknologi merupakan bagian faktor produksi.
Kedua, digitalisasi. Perubahan teknologi dari sistem analog ke digital
memungkinkan komunikasi memuat informasi yang padat, kaya dari segala jenis
secara bersama; dengan teknologi informasi, informasi dapat digabung,
dikonversikan dan disajikan dengan berbagai bentuk.
Ketiga, virtualisasi. Perubahan barang-barang,
materi atau segala sesuatu yang fisis menjadi realitas yang maya. Ini berarti
juga mengubah metabolisme realitas sosial dan ekonomi, jenis institusi serta
kodrat ekonomi - hidup sosial itu sendiri. Dalam level organisasi, terjadi perubahan bentuk institusi ke dalam
lembaga yang lebih ada dan berfungsi di alam maya.
Keempat, molekularisasi. Artinya bahwa ekonomi
baru membentuk kesatuan-kesatuan unit ekonomi baru yang lebih kecil dan
independen. Dengan teknologi informasi, sistem organisasi dan institusi ekonomi
bertransformasi dalam realitas yang tidak lagi memperhatikan ukuran dan
keterbatasan waktu-tempat. Unit-unit kecil ekonomi tersebut mampu menjadi dasar
aktivitas ekonomi yang mandiri dan bersifat global.
Kelima, integrasi jaringan. Ekonomi baru adalah
ekonomi yang didasarkan pada teknologi jaringan. Keterkaitan dalam networking
memungkinan jaringan dalam berbagai tataran, lokal - regional - nasional -
metropolitan - nasional - global.
Keenam, mulai tidak adanya perantara dalam
sistem ekonomi baru. Ini berarti bahwa ekonomi baru tidak (begitu) membutuhkan agen, broker, penjual. Bahkan
sering terjadi bahwa pengecer atau lembaga media justru berada di tengah
produsen dan konsumen. Teknologi dalam konteks kini memindah rancang bangun
perhitungan yang multilevel dalam model yang lebih terintegrasi dalam jaringan.
Ketujuh, konvergensi. Konvergensi merupakan kata
kunci ekonomi baru. Artinya, ada pemusatan kemampuan penggabungan media dan
substansi ekonomi. Penciptaan kemampuan bergabung ini membentuk kemampuan yang
lebih canggih. Peralatan,
sistem, isi dan kendali informasi saling terkait satu sama lain.
Kedelapan, inovasi. Artinya, inovasi adalah faktor
penting dalam aktivitas ekonomi dan keberhasilan bisnis. Dalam hal ini, kreativitas dan
imajinasi manusia menjadi sumber nilai yang penting.
Kesembilan, prosumsi. Batas antara konsumen dan
produsen menjadi “blur”. Konsumen informasi dan teknologi menjadi juga produsen
ekonomi. Kolaborasi manusia dalam jaringan menjadi bagian dalam sumber-sumber
informasi perusahaan multimedia. Pemakai bisa menjadi perancang.
Kesepuluh, ketersegeraan. Kecepatan dan sifat
segera informasi sangat penting dalam ekonomi baru. Perdagangan menjadi
bersifat elektronik dalam seluruh transaksi serta komunikasi bisnis. Hal ini
berpengaruh pada soal kondisi dan bentuk ekonomi yang pernah terjadi.
Sebelas, keterkaitan dan persaingan global.
Sumber informasi dan media saling terkait dalam jaringan global, dengan
interaksi tinggi. Persaingan lembaga ekonomi sekarang lebih bersifat global.
Terakhir, diskordansi. Kontradiksi sosial yang
bersifat massif muncul. Terjadi pertentangan antara sumber daya klasik dengan
sumber daya yang baru, yang dibayar tinggi. Gap timbul dalam konteks ini, antara yang punya-miskin, tahu dan tidak tahu.
Semua bersumber pada soal akses informasi dan ekonomi. Hal ini juga menumbuhkan
potensi trauma dan konflik baru, yang tidak diantisipasi sebelumnya.
TEKNOLOGI, INDUSTRIALISASI MEDIA, & MASYARAKAT
INFORMASI
Teknologi dalam industrialisasi media
sangat penting. Setidaknya industrialisasi media komunikasi membutuhkan
teknologi untuk menjadi perpanjangan tangan yang efektif menaikkan skala
keuntungan ekonomi yang diperoleh. Namun tetap ada beberapa
argumentasi yang perlu dikaji, selain argumentasi ekonomi. Pertama, argumentasi kultur komunikasi yang berkembang. Argumentasi ini memperlihatkan
adanya perkembangan atau perubahan mobilitas manusia dan keterbatasan ruang dan
waktu bisa mempengaruhi pola komunikasi manusia.
Kedua, argumentasi perkembangan sistem ekonomi, sosial dan budaya yang dihidupi
oleh manusia modern.Setidaknya perlu dikaji soal relasi signifikan antara
perkembangan sistem ekonomi, sosial dan budaya dengan soal urgensi pemanfaatan
teknologi dalam industrialisasi media (Turow, 1997).
Ketiga, argumentasi subjektif manusia yang selalu tidak merasa puas dengan
perkembangan media komunikasi modern. Alat komunikasi perlu disesuaikan dengan pola pikir dan pola tindakan
manusia setempat
Beberapa keyakinan yang menyertai
teknologi sebagai sebuah sistem dan praksis. Teknologi sebagai suatu sistem
nilai dan praksis kerja yang mengikutinya berada dalam konstelasi proses
progres. Dinamisasi efisiensi dan tujuan tertentu mau tidak mau mengandaikan
progres (kemajuan linear) dalam teknologi. Efisiensi industri dan teknologi
mengakibatkan mekanisasi, otomatisasi, massifikasi produksi, dan konsumsi, ekspansi distribusi dan stabilisasi sumber alam yang dipakai
untuk perkembangan teknologi itu sendiri.
Industrialisasi produksi isi dan ragam
media komunikasi berproses untuk semakin: konvergen dalam hal teknologi media
yang ada, digital, mengoptimalkan teknologi serat optik dan teknologi jaringan
pada simpul-simpul teknologi komunikasi modern (Dahlan, 2000). Industrialisasi
distribusi isi dan ragam media juga akan banyak dipengaruhi oleh soal perubahan
yang terjadi pada perangkat dan sarana media komunikasi itu sendiri. Tingkat
mobilitas yang tinggi dalam distribusi media modern sudah menjadi tuntutan yang
wajar dalam masyarakat informasi. Tingkat mobilitas dan arus lalu lintas informasi
telah menjadi pola perubahan sistem distribusi dalam media massa. Selain itu,
media komunikasi modern juga memusatkan pola duplikasi, sistem satelit,
digitalisasi informasi jarak jauh, tele-text dalam seluruh proses distribusi
media komunikasi modern.
Argumentasi hubungan teknologi dengan
media informasi adalah logika perkembangan yang ekspansif proses komunikasi
publik secara global. Masyarakat tidak bisa lagi mengelakkan diri dari proses
komunikasi. Komunikasi sudah menjadi kebutuhan utama. Komunikasi membutuhkan
media untuk menjadi penghantar (menyangkut teknologi informasi yang mempermudah
manusia mengirim dan menerima pesan). Ketika ruang dan waktu menjadi faktor
yang membatasi proses komunikasi maka diperlukan teknologi yang mengusahakan
masalah tersebut. Teknologi komunikasi dibuat dan dikembangkan untuk menyokong
proses komunikasi manusia. Perkembangan komunikasi sangat luar biasa.
Perkembangan dramatik teknologi komunikasi tidak terletak pada soal sistem
perangkat kerasnya saja tapi sudah menyangkut soal bagaimana membuat
interkoneksitas jaringan komunikasi. Teknologi komunikasi bukan sekedar soal
barang tapi juga soal teknologi jaringan itu sendiri.
Membincang tentang struktur industrialisasi media, maka kita tidak dapat memisahkan diri dari isi media. Teknologi
komunikasi merupakan perangkat yang membutuhkan biaya yang tinggi, dengan
demikian hanya pemilik modal besar saja yang mampu menguasai teknologi. Maka
tidak mengherankan apabila industrialisasi dan teknologisasi media komunika
membawa industri media pada usaha konglomerasi.
Dalam perkembangan yang serupa, industri koran telah berubah menjadi industri jaringan. Industri jaringan
jelas memunculkan sejumlah pemain besar. Industri film, radio dan musik bukan
lagi tumbuh secara vertikal tapi juga berkembang secara horizontal.
TEKNOLOGI MEDIA DAN GLOBALISASI
Dunia tanpa batas (limitness) mungkin bisa digunakan untuk menjelaskan kondisi dunia saat ini.
Hubungan bisnis, pernikahan, dan persahabatan antar manusia telah
mengalami perubahan. Peluang yang tercipta antar negara semakin besar dalam
berbagai aspek kehidupan. Perdagangan bebas dan hadirnya paham laissez faire
yang mengakibatkan globalisasi, termasuk dalam bidang komersialisasi dan
kepemilikan media massa pun
tak luput dari dampak revolusi komunikasi. Hal itu menimbulkan perkembangan industri media yang pesat, menembus
batas teritorial negara di dunia. Modernisasi adalah proses yang menempatkan
masyarakat bergerak ke arah teknologi yang lebih maju dan kompleks. Globalisasi
mengacu pada jaringan yang mengikat se cara bersama-sama berbagai negara di
dunia.
Sistem komunikasi global dalam era
globalisasi ditandai dengan kemajuan yang pesat dari bidang kepenyiaran dan
periklanan. Hak siar secara audio maupun audiovisual adalah hak monopolis yang
dilakukan oleh negara atau swasta. Periklanan komersial kini telah menjadi
kekuatan yang mengontrol industri media. Industri barang dan jasa yang
dipasarkan secara internasional dan menggunakan periklanan sebagai media
pemasarannya. Agen periklanan mengandalkan media komunikasi untuk membuka dan
menjangkau pangsa pasar. Oleh sebab itu, perusahaan barang dan jasa
transnasional mulai berpenetrasi ke pasar-pasar lokal. Perusahaan iklan
multinasional jelas mempunyai kekuatan modal yang besar dan kemajuan teknologi
yang begitu canggih. Dengan demikian, periklanan telah menjadi satu sumber
penghasilan perusahaan media massa. Periklanan komersial kini diterapkan oleh
sedikitnya 95 sistem televisi di dunia (Cockkerham, 1999). Pada akhirnya perkembangan
teknologi iklan memengaruhi komersialisasi penyiaran dunia.
Pertumbuhan dan modernisasi teknologi
komunikasi juga mendorong perkembangan perusahaan transnasional, baik yang bergerak
di bidang media dan non-media, guna memfasilitasi pengoperasian
perusahaan tersebut, sehingga dapat membawa dan memperluas bisnis mereka
mencapai berbagai negara lainnya. Dengan kata lain perkembangan teknologi
komunikasi turut memfasilitasi dan memudahkan perkembangan ekonomi dunia
melalui perusahaan transnasional.
Perkembangan industri elektronik dan
teknologi komunikasi telah membawa perubahan dan mendukung keberadaan bisnis
perusahaan transnasional. Berbagai akibat dirasakan dalam seluruh perkembangan
teknologi dan ekspansi perusahaan media global. Kehadiran satelit dalam seluruh
sistem kepenyiaran mendorong dan memperbesar signal televisi dari perusahaan
media global. Dengan membawa unsur-unsur hiburan,
informasi, dan budaya, perusahaan media global mampu menjangkau masyarakat
lokal.
Dalam perspektif global, informasi menjadi hal yang krusial
dalam operasi sistem perusahaan transnasional. Inilah yang menjadi alasan
perluasan komunikasi internasional. Di mana kebutuhan sistem bisnis
internasional diharapkan dapat
dilayani dengan perluasan
infrastruktur jaringan, data, informasi, dan instalasi
komunikasi di negara lain. Di sini terlihat bahwa teknologi memainkan peranan
yang vital dalam menghadirkan skema baru. Teknologi mempunyai fungsi untuk mengintegrasikan sistem industri perusahaan dan
memperdalam kemampuan pengetahuan serta pemerataan akses informasi yang lebih
luas.
PROBLEM POTENSIAL DALAM TEKNOLOGI MEDIA
MODERN
Perkembangan informasi dan teknologi
komunikasi mempercepat dinamika pesan dan informasi yang dikirim dan diterima
oleh manusia. Proses akselerasi informasi tersebut membuat proses kejenuhan dan
overloading informasi yang pada akhirnya membuat informasi tidak lagi
dilihat sebagai kebutuhan yang perlu melainkan sebagai sambilan sementara
informasi hiburan dan komersial.
Kemajuan teknologi sering dalam seluruh
proses pengembangannya tidak bisa disangkal akan mereduksi dan
mendeterminasikan peran informasi dalam seluruh sistem masyarakat. Berbicara
tentang teknologi media maka ukuran yang empirik ada adalah soal eksistensi
media komunikasi. Padahal teknologi bukan semata-mata sebuah barang tetapi juga berhubungan dengan sistem
nilai yang berada di balik teknologi tersebut yang sekaligus berimplikasi logis
terhadap masyarakat.
Permasalahan potensial yang lain dan layak
dikaji adalah bahwa teknologi komunikasi menimbulkan persoalan akses, yang pada
akhirnya berhubungan dengan persoalan kekuasaan dan kapital.
Selain permasalahan di atas, terdapat
masalah lain yang krusial, yaitu deregulasi media modern. Berbagai deregulasi komunikasi dan telekomunikasi merupakan pemicu
perkembangan teknologi komunikasi dan telekomunikasi. Pengembangan sistemik
pada jasa komunikasi membawa pengaruh yang sangat jauh pada soal kompetisi,
efektivitas, dan pengembangan aplikasi media komunikasi
baru.
Permasalahan yang tidak kalah penting
adalah perkembangan media baru, yang mempunyai tingkat teknologi dan kemampuan untuk menghindari regulasi, seperti internet. Meski terasa benar bagaimana sumbangperan
konstruktif internet terhadap manusia, tetapi tetap saja ada persoalan “kebebasan” yang
tidak terkontrol atas efek internet pada masyarakat.
DISKUSI UNTUK INDONESIA
Indonesia jelas tidak mungkin menghindar
dari perkembangan dan revolusi informasi global. Namun dapat dikatakan bahwa
industrialisasi di Indonesia terbilang terlambat. Ketika media Indonesia mengalami
industrialisasi media yang cukup marak, media di negara-negara industri sudah beranjak pada level perkembangan dunia pascaindustri
di bidang informasi. Dapat dikatakan bahwa media di Indonesia sekarang ini masih berada pada level “media tradisional”.
Beberapa waktu yang lalu, media di
Indonesia masih dilihat dan bangga disebut sebagai media perjuangan. Masalahnya
adalah apakah memang dengan tingkat teknologi media yang berkembang sampai
sekarang, tetap dapat dikatakan bahwa media di Indonesia adalah media
perjuangan? Akselerasi, kompresi, dan literasi masyarakat
Indonesia terhadap media sudah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Menjadi persoalan ketika perkembangan masyarakat informasi di
Indonesia ternyata tidak diikuti oleh pengembangan sumber daya manusianya. Perkembangan masyarakat informasi tidak hanya
diikuti dengan soal pembaruan teknologi saja, namun juga diikuti dengan aktor
yang ada di balik teknologi
tersebut.
Dengan segala karakteristik yang melekat
padanya, perkembangan teknologi komunikasi membawa dampak yang luar biasa di
dunia media massa di Indonesia. Pertama, dalam bidang industri buku dan majalah. Perkembangannya ditandai dengan pesatnya pertumbuhan kuantitas industri buku lokal, dan nasional. Namun penghargaan terhadap industri buku masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari maraknya
pembajakan buku baik dalam bentuk reduplikasi dari penerbit lain tanpa izin
maupun dalam bentuk fotokopi – di mana istilah copyright kerap kali diplesetkan
menjadi ‘right to copy’.
Industri dan teknologi buku dan majalah di Indonesia dimiliki oleh industri-industri
kaya dan padat modal. Kesimpulan
yang bisa ditarik dari hal
ini adalah bahwa industri buku dan majalah di Indonesia belum bisa lepas dari pola ketergantungan ekonomi. Ketergantungan ekonomi akan memengaruhi pola isi buku yang ditawarkan kepada masyarakat.
Kedua, dalam bidang
persuratkabaran. Berbagai
macam koran, majalah, TV, radio, dan digital merupakan efek dari reformasi media tahun 1999. Surat kabar adalah industri media massa
yang masih dipercaya oleh
khalayak. Artinya meski portal-portal berita bertumbuhan namun tingkat
akurasinya dianggap lebih rendah ketimbang media konvensional. Dalam hal ini masalah yang perlu diperhatikan adalah
kecenderungan kepemilikan dan persaingan yang tidak sehat dengan adanya monopoli industri oleh konglomerat media tertentu. Dampak yang membahayakan publik adalah monopoli kebenaran, proses elitisme surat
kabar, dan lainnya. Harus diakui bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah menyebabkan masih menjamurnya
media yang tidak kredibel.
Ketiga, dalam industri radio. Teknologi komunikasi
memunculkan penggunaan satelit untuk transmisi berita. Radio 68H merupakan kantor berita radio pertama di Indonesia yang memanfaatkan teknologi ini. Dengan jaringan lebih dari 200 stasiun radio di seluruh Indonesia, radio 68H bekerjasama
untuk memeroleh dan menyiarkan berita. Penyiaran berita merupakan hal baru untuk industri ini setelah
puluhan tahun berada di bawah pemerintahan Orde Baru, berita
dimonopoli oleh lembaga siaran pemerintah seperti RRI. Perkembangan lain adalah
pemanfaatan telekomunikasi modern
untuk memperluas dan memperbaiki kualitas siaran radio. Sistem penggabungan dan
pemanfaatan teknologi telekomunikasi dalam dunia radio memberikan aspek
aktualitas dan akselerasi kecepatan berita dalam radio. Selain bahwa beberapa
radio di Indonesia mulai mengembangkan spesifikasi atau spesialisasi siarannya.
Keempat, dalam industri televisi. Banyak pemain baru dalam pertelevisian Indonesia,
selain yang sudah mapan dan lebih senior di Indonesia. Kehadiran stasiun
televisi baru menambah perbendaharaan akses informasi bagi masyarakat
Indonesia. Meski demikian, pemain TV baru harus bekerja keras membangun infrastruktur dan menyesuaikan dengan standar yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002. Oleh sebab itu, persaingan televisi di
Indonesia tidak hanya persaingan isi dan jenis program acara televisi tapi juga
persaingan infrastruktur.
Perkembangan televisi di Indonesia bisa
dikatakan maju. Bertumbuhannya stasiun TV baru di Indonesia juga semakin
memperkecil niche (celung) iklan. Beberapa televisi bekerja sama secara sinergis dengan media lainnya, misalnya Jawa Pos Group dan JTV.
Hal ini menimbulkan masalah baru
tentang kepemilikan silang
media.
Kelima dalam industri rekaman, khususnya rekaman musik. Dalam konstelasi industri rekaman di Indonesia, kita bisa melihat
perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan industri musik Indonesia telah
menjadi salah satu bagian dalam konstalasi musik global
terutama di Asia Tenggara. Ditambah lagi bahwa industri musik Indonesia cukup
terbantu dengan keberadaan MTV Asia yang menjadi garda depan promosi industri
musik di Asia khususnya dan dunia pada umumnya.
Hanya dalam perkembangan industri rekaman,
terjadi masalah yang harus tetap dikritisi, yaitu pertama masalah konsentrasi
industri rekaman yang dihegemoni oleh perusahaan semacam EMI, BMG music, Sony
Music dan lainnya. Kemudian masalah hak cipta dalam industri rekaman yang menjadi persoalan krusial yaitu
maraknya pembajakan. Sampai
sekarang belum ada penyelesaian yang tuntas untuk masalah pembajakan industri rekaman di Indonesia.
Keenam dalam industri film dan video di
Indonesia. Kelesuan industri film di Indonesia dimulai ketika terjadi perubahan
minat pasar film Indonesia yang cenderung menyukai tema seks dan darah. Hal ini semakin diperparah dengan biaya produksi yang tinggi untuk menghasilkan film-film yang bermutu.
Masalah lain adalah masalah pembajakan dan
modifikasi bentuk serta format film ke dalam hal yang lebih ringkas. Di satu
pihak membantu dan mengembangkan teknologi film tapi di lain pihak tidak bisa
dipungkiri bahwa film juga akan terpengaruh dengan menurunnya minat penonton
bioskop. Aspek organisasi ekonomi politik industri film di Indonesia belum memiliki bentuk yang jelas. Konsentrasi industri dan
integrasi ekonomi belum mendapatkan format yang lebih konkret
dalam perkembangan industri ekonomi film dan video di Indonesia.
Perkembangan
teknologi internet di Indonesia juga menarik untuk dibahas. Yang jelas,
pemanfaatan industri dan teknologi internet di Indonesia bukan main luar biasa
perkembangannya. Hanya memang kita masih belum menjadi bangsa yang mampu
memproduksi program atau isi internet secara lebih luas. Perkembangan industri dan
teknologi internet di Indonesia patut dihargai, tapi ada hal-hal yang perlu
dikritisi juga. Penguasaan dan monopoli kepemilikan
industri informasi oleh sekelompok kecil orang ditengarai dapat menciptakan
monopoli dan penguasan pasar maupun pengaruh.
Menyangkut soal
hak kekayaan intelektual. Internet dan komputer membuka kemungkinan terjadinya
duplikasi, plagiarisme, pembajakan hak intelektual. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar pemikiran
munculnya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Meski
demikian dalam pelaksanaannya tentu diperlukan kerjasama yang harmoni antara
penegak hukum dan masyarakat. Dampak lain adalah rendahnya kontrol budaya masyarakat
yang dipengaruhi oleh internet. Pornografi dan kekerasan menjadi barang
yang mudah diakses oleh siapa
saja.
SIMPULAN
Beberapa pertimbangan yang perlu dikaji terkait perkembangan teknologi komunikasi:
Pertama, konsep teknologi dan masyarakat komunikatif macam apa yang akan dibangun? Pertanyaan tersebut bukan pertanyaan yang
terlambat untuk dijawab sekarang ini. Masyarakat kita perlu mengadoptasi
teknologi komunikasi tanpa meninggalkan nilai budaya setempat.
Kedua, perkembangan teknologi memengaruhi
transformasi sosial. Transformasi sosial yang seimbang dan sesuai dengan
kekuatan sosial masyarakat. Transformasi itu meliputi integrasi optimisme
industri dan teknologi komunikasi, pemberdayaan partisipasi masyarakat -
kewenangan negara dan kekuatan swasta untuk semakin bertindak bertanggungjawab
secara sosial, transformasi regulasi yang diperlukan untuk aturan main bersama
terutama dalam hal perkembangan industri dan teknologi media, aspek
transformasi kepemimpinan dalam menemukan dan menciptakan ekonomi baru sebagai
perluasan lapangan kerja dan akses informasi yang lebih luas.
Ketiga, perubahan citra teknologi komunikasi itu
sendiri. Perubahan citra teknologi komunikasi didorong untuk bisa menciptakan
adopsi inovasi. Adapun adopsi teknologi inovasi itu meliputi pemanfaatan
komparatif praktik hidup, kompatibilitas nilai dengan
kebutuhan masyarakat, kesederhanaan pemakaian, tersedia setiap saat, terbukti
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Albarran, Alan B., 1996 Media Economics: Understanding Markets,
Industries and Concepts, Iowa States University Press:Iowa.
Briggs, Asa, 2002, A
Social History of The Media: From Gutenberg to the Internet, Polity
Press:Cambridge.
Dahlan, Alwi, 2000, Perkembangan
Industri dan Teknologi Media, makalah untuk pelengkap kuliah Industri dan
Teknologi Komunikasi Semester Genap 1999/2000, Universitas Indonesia:Jakarta
Dizzard,
Wilson, 1982, The Coming of Information Age, Longman:New York.
Giddens,
Anthony, 2001, The Third Way and Its Critics, SAGE:London.
McKeown, Patrick G.,
2001, Information Technology and The Networked Economy, Harcourt:Orlando.
McLuhan, Marshall, 1996, Understanding
Media:The Extension of Man, MIT Press:Massacusetts.
Mirabito, Michael, 1997, The
New Communications Technologies, Focal Press:Boston.
Naisbitt, John, 2001, High
Tech - High Touch: Technology and Our Search of Meaning: High Tech - High
Touch, Inc: New York.
Pacey,
Arnold, 1984, The Culture of Technology, MIT Press:Massachusetts.
Stevenson, Nick, 1995, Understanding
Media Cultures, Social Theory and Mass Communications, SAGE:London.
Straubhaar, Joseph dan La
Rose, 2002, Media Now: Communication Media in the Information Age:
Wadsworth:Australia.
Tapscott,
Don, 1996, Digital Economy, McGraw HIll:New York.
Toffler,
A., 1980, The Third Wave, Morrow:New York.
Turow, Joseph, 1997, Media
System in Society: Understanding Industries, Strategies and Power,
LONGMAN:New York.
Williams,
Frederick, 1992, The New Communications, Wadsworth:California.
Komentar
Posting Komentar